Benih Cinta Pertama di Yogyakarta
Benih Cinta Pada Pandangan Pertama
Pagi yang cerah
menyongsong kehidupan baru untuk seluruh manusia yang ada di muka bumi. Suara
gaduh di rumah terasa ramai dan membangunkanku dalam tidur di pagi itu. Aji terbangun dengan perasaan yang masih terbawa oleh mimpi malam yang indah dan Aji berfikir ini hari dimana anak kuliah libur yaitu hari sabtu. Tetapi tidak untuk Aji seorang mahasiswa
yang aktif di kampusnya. Aji terbiasa ketika bangun mengambil handphone yang
selalu ada di samping Aji tidur. Aji langsung melihat jam dan tidak lupa pula Aji mengecek
handphoennya apakah ada pesan masuk yang tidak sempat
aji baca ketika tidur. Aji melihat bahwa
ada pesan masuk.
“Untuk peserta Linux server dan facebook marketing
di usahakan membawa
laptop
jika ada”
dari panitia pelatihan yang ada di Al-anhar.
Sebuah pesan yang membuat Aji berfikir,
bahwa Aji pernah mendaftarkan diri dalam kegiatan tersebut yang awalnya Aji sudah pesimis
tidak akan terdaftar dalam pelatihan linux server dan facebook marketing. Spontan, Aji
menyadari bahwa ia tidak tahu dimana alamat masjid Al-Anhal.
“Mas
alamat Masjid Al-anhal dimana ya, aji belum paham dengan daerah jogja…”
maklum aji seorang pendatang dari luar jawa. “dengan perasaan binggung”.
Laporan pesan terkirim muncul.
Tiba-tiba handphon aji bergetar bertanda
pesan masuk dari panitia.
“Keparakan Kidul MG1/1234 deket Jembatan Tungkak..” kata si panitia pelaksana.
Aji bergegas
membuka google map dan mencari alamat tersebut dengan kata kunci parakan,
setelah berkutat lama dengan google map Aji akhirnya menemukan alamat Keparakan
Kidul dimana masjid Al-Anhar berada. Setelah menemukan alamat Masjid Al-Anhar, Aji
bersiap-siap untuk keperluan pribadi dan bersih-bersih kamar dengan cepat. Tak
pikir lama Aji langsung bergegas berangkat kelokasi pelatihan Linux Server dan facebook
marketing.
***
Ketika sesampainya di Masjid Al-Anhar
yang sebelumnya Aji sempat kesasar. Kesan pertama Aji datang dalam hatinya tak
percaya bahwa ini masjid. Sesampainya di dalam masjid Aji disambut dengan
ramah oleh seorang pemuda sebut saja Hasan.
“Selamat
datang mas di Pelatihan Linux Serveer dan facebook marketing..”,ucap si Hasan
dengan wajah yang ramah.
“iya, mas…”,balas Aji dengan nada yang datar.
“mas
tolong di isi lembar regrestasi pesertanya untuk kelancaran..”, kata hasan
degan wajah ramahnya.
“oh
ya mas..”,dengan nada yang datar dan senyuman manisnya. “Aji mengisi lembar
regrestrasi dengan cermat.
“Mas
langsung ke temapat yang udah di sediakan, kalau bawa leptop wifinya ada..”,
ucap mas Hasan dengan penuh keramahan dari seorang panitia.
“makasih,
mas….”,kata hasan dengan perasaan tersanjung.
Tepat jam 09.00 kegiatan segera dimulai dan Aji mulai memperkenalkan dirinya kepada peserta yang lain. Aji berkenalan degan
mahasiswa dari Univeersitas Gajah Mada jurusan mesin yang nota bene udah senior semester 7 dan sedangkan Aji masih semester 1. Ketika kegiatan berlangsung Aji mendapat kata-kata
yang membangun” Hari ini kita
tidak belajar sesuatu yang instan” suatu kata yang memulai kegiatan di
pagi hari yang cerah dan penuh semangat untuk menimba ilmu. Sesampai jam istirahat atau disebut isoma handphone Aji tiba-tiba
bergetar. Ada pesan masuk dari teman Aji satu alumni SMK di Lampung, seorang
gadis yang bisa di panggil Rista.
”Ji,
ntar sore bisa ndak temenin aku beli laptop, karna aku belum paham mana leptop
maupun netbook yang bagus”
Lalu pesan Rita di jawab oleh Aji degan
senang.
“Oke
ta, Aji siap temenin cari leptop”, celutakan dalam hati Aji. “bisa malem mingguan ni, biasanya malem
minggu ama cowok terus sekali-kali ama cewek”.
Kegiatan pelatihan berakhir dan membawa
kekecewaan buat Aji, karna materi 2 yaitu tentang linux server tak ia dapatkan
di pelatihan tersebut dan pada kegiatan Aji masih berucap syukur alhamdulilah masih ada untungnya bisa berkenalan dengan mahasiswa di luar kampus dan juga bisa berbagi pengalaman dengan
mahasiswa Universitas Gajah Mada. Dulu Universitas Gajah Mada merupakan Universitas impian Aji sebelum Aji masuk di STMIK AMIKOM Yogyakarta.
***
Matahari
perlahan-lahan menenggelamkan dirinya di ufuk barat, waktu berputar bagaikan air yang mengalir di sungai hanya mengikuti alur, dan tidak lama lagi akan berganti dengan malam yang begitu sempurna bagi seorang pasangan muda untuk berjalan di Daerah Istimewa Jogjakarta. Dengan
suasana Jogja yang nyaman nan indah ketika malam hari membuat para bidadari maupun pujangga tidak rela melewatkan suatu moment malam minggu. Suasana budaya Daerah Istimewa Jogjakarta menjadi ciri khas tersendiri untuk menarik para wisatawan luar negeri maupun dalam negeri
“ji
kamu dimana, jadi ndak nemeni aku sore ini….”,pesan dari Rista. Yang
membuat Aji terdiam dalam kebisuan.
“oh
iya ris jadi, tapi Aji shalat dulu ya ntar langsung jemput kamu..”,Aji
menjawab pesan dari Rista dengan semangat. “Laporan terkirim”.
“Jemput
di rektorat aja.. depan perpustakaan…”,jawab Rista,
Rista sekarang adalah seorang mahasiswa
di Universitas Negeri Yogyakarta yang lulus melalui jalur mandiri dari daerahnnya. Aji dulunya bermimpi mendapatkan beasiswa dari
jalur mandiri, tetapi Aji pesimis dengan nilainya. Bahwa Aji tak akan bisa gol
dalam jalur mandiri, karna saingannya satu provinsi. Sesampainya di Universitas Negeri Yogyakarta dan
berjumpa dengan teman lamanya sebut saja Reza. Reza juga seorang mahasiswa yang
gol dalam jalur mandiri di Uneversitas Negeri Yogyakarta bersama dengan Rista dan Reza dulunya merupakan satu
organisasi dengan Aji.
“eh
lo ji tumben ke sini…”, kata Reza dengan nada yang heran. Sambil menepuk
pundak Aji.
“iya ini si Rista minta temenin mau cari
leptop”,ucap Aji dengan nada datar.
“hemsstt,
eh ya ji aku juga mau beli leptop tapi uang ku ngak cukup..”, kata Reza
dengan kening yang mengkerut ke atas dan agak kecewa.
“ya
puasa dulu za, buat beli leptopnya.”,ucap Aji bermaksud memberi semangat buat Reza.
Suasana di Universitas Negeri Yogyakarta ketika itu lagi gundah
gulana dengan kegiatan mahasiswa, ada yang olahraga, latihan pantomir, diskusi,
menyelesaikan tugas dengan wifi kampus dan ada juga yang latihan musik.
Sampai-sampai akupun ikut menyaksikan indahnya suasana Universitas Negeri Yogyakarta saat itu.
”ji temen ku enda mau ikut, cari leptop
juga”, Rita dengan gayanya pd.
“iya
ajak aja ta, sekalian dengan kamu. Tapi motornya gamana cuman satu.”. ucap Aji dengan khawatir rencananya siang tadi gagal.
“iya
gimana dong ji..., apa aku dengan enda naik trans jogja aja. Nanti kamu tunggu
di jogjatronik…!!”, kata Rita, dengan wajah yang menyakinkan Aji.
“ndak bisa ta, karana bakalan makan waktu
lama”,ucap Aji dengan tegas.
“ya udah lw gitu ji”,dengan muka yang
kecewa Rista memulai obrolan degan Enda.
Ketika Rita dan Enda mengobrol berdua, Aji meninggalkan Rita dan Enda berdua agar meraka ngobrol bisa hati kehati
menyelasikan masalahnya. Melihat taman yang kosong Aji bergegas mengisi taman
yang berada tak jauh dari Rita dan Enda. Aji duduk sambil memperhatikan
mahasiswa latihan pantomir sampai-sampai membuat Aji merasa ikut dalam cerita yang
diperagakan oleh mahasiswa yang latihan pantomir. Lama waktu berlalu Aji memperhatikan rita dan enda dari
kejauhan. Tak lama datang teman Rita yang Aji tidak mengenal. Aji Kembali memalingkan perhatiannya kepada
anak-anak pantomir yang sedang latihan, tiba-tiba hendphone Aji bergetar. Ada pesan masuk
dari Rita.
“ji,aku cari motor satu lagi ya buat aku sama enda. Tunggu bentar”. Ternyata
pesan dari Rita.
“iya
ta, tak tunggu..”, Aji membalas pesan dari Rita. Dengan wajah yang kecewa.
***
Perlahan-lahan bulan mujukkan diri di sore hari yang penuh dengan kedamaian, dan memberi tanda bahwa tidak lama lagi waktu akan berganti dengan malam yang begitu indah dengan hiasan bintang yang bertaburan di Langit. Begitu juga Aji perlahan-lahan namun pasti, mulai penasaran dengan seorang teman Rita yang sedang bersama Enda mengenakan jilbab berwarna coklat tua. Aji bergegas menghampiri wanita yang telah membuat aji penasaran. Aji segera mengambil tempat duduk dimana temannya Rita yang sudah membuat Aji lupa diri dengan dunia nyata dan penasaran dengan
pribadi seorang wanita yang mengenakan jilbab coklat. tidak lama Aji memulai pembicaraan, tetapi Aji tidak berani menayakan
nama temannya Rita. Aji memulai berbincangan Dengan wajah yang pura-pura tidak tahu padahal tahu, "Rita pergi
kemana" Aji menanyakan hal itu dengan Enda.
“enda
kemana rita…”,ucap Aji solah-olah tak tau Rita pergi. dengan sekilas
memperhatikan wajah temannya Rita.
“rita…
dia tadi mau cari motor satu lagi, kan ngak mungkin kita bonceng tiga yang ada
nantinya peluit polisi yang bunyi”, ucap Rita dengan nada yang datar,sambil menghela nafas.
“hemsst…”,singkat Aji menjawabnya, dan tidak lama Aji bertanya dengan Enda dan temannya Rita.
“kalian
ngak lihat shela on seven di gor uny malem ini lw ngak salah..”,dengan muka
yang sok tau Aji bertanya, dan tak lupa Aji memperhatikan temannya Rita sekilas berita.
“ngak
ji, karna ngak ada uang buat beli tiket lagian dari pada kita nonton mending
buat makan sehari-hari”, kata Enda dengan memperhatikan suasana sore yang Harmonis.
“bener
tu nda… dari pada di pake buat hal yang ndak jelas”,jawab Aji dengan memberi
dua jempol ke Enda.
Tak lama suara azan magrib berkumandang
dengan lantangnya dan mengetarkan hati para pendengar. Aji segera bergegas pergi ke masjid untuk melakukan shalat
magrib berjamaah. Dengan sigap Aji merogoh kunci montor dari saku kiri celana jinsnya dan
langsung menghidupkan motornya untuk melaju ke masjid. Ketika Aji mau pergi ke
masjid tiba-tiba Rita datang dengan temannya.
”Ji
mau kemana..”,spontan Rita bertanya ke Aji dan menoleh ke arah Aji lalu Rita
berhenti dengan montornya.
“aku
mau kemasjid mau shalat dulu baru ke jogjatronik”,Aji menjawab dan langsung
memutarkan motornya dan berhenti tepat di depan teman Rita yang mengenakan jilbab coklat dan yang membuat Aji
penasaran karnanya.
“ya
udah kamu shalat dulu, nanti kita ketemuan di jogjatronik aja ya…”,ucap Rita dengan tersenyum kepada Aji. Tak lama “Ji
aku ndak tw jogjatronik dmna..”,kata Rita dengan muka yang binggung karna
pendatang dari luar Jawa. Aji langsung menjelaskan dimana jogjatronik
seolah-olah sebagai pemandu pariwisata.
“jogjatronik
ada di jalan brigadier jendral katamso kalau dari arah taman pintar lurus ada
perampatan ambil kanan,,”. ujar Aji dengan meyakinkan mereka.
“rita
aku tau kok insyaallah..”,ucap Enda dengan mengingat-ingat jalan
“iya
udah brangkat geh.. aji duluan ya..”,ucap Aji dengan senyum yang ikhlas.
Dan bergegas ke masijid.
***
Sesampai di jogjatronik Aji menunggu dengan
sabar dan berharap bisa berbicara langsung dengan seorang teman Rita yang
mengenakan jilbab coklat telah membuat hati Aji bergejolak ingin kenal secara
pribadi. Jogjatronik saat sedang ramai dengan pengunjung, ramainya jalan
brigadier katamso membuat lengkapnya keramaian di malam minggu. Bintang yang
menghiasi langit dengan indah dan petugas parkir yang ramah sangatlah cocok
dengan daerah istemewa Jogjakarta. Tak lama handphone Aji bergetar, ternyata
pesan dari Rita.
“Ji aku udah di jogjatronik ni…”
Aji bergegas melihat keparkiran dan tak lagi
mau membalas pesan dari Rita.
”Rita disini..”,ujar Aji dengan spontan
dan tertawa dengan kecil melihat Rita yang kebinggungan mau kemana.
Tak pikir panjang Aji langsung mengajak Rita, Enda dan kedua temannya masuk untuk mencari leptop dan sekalian Aji juga
ada yang mau ditanyakan di sini. Tak lama Aji bersama dengan Enda, Rita dan Kedua temanya, sesampai di lantai dua meraka berpisah dengan kepentingan
masing-masing. Aji bersama Enda dan Rita dengan kedua temannya yang salah
satunya telah membuat Aji penasaran.
“Ji
cari in leptop yang bagus ya…”,ujar Enda dengan nada merayu Aji. Dan
memandang Aji sekilas.
“iya
nda ntar tak cariin leptopnya, sebelumnya mau cari leptop merek apa dulu”,
ucap Aji dengan menghentikan langkahnya dan menapatap Enda dengan perhatian.
“aku
mau cari leptop samsug lw ndak Toshiba Ji”,kata Enda dengan datar dan senyum yang indah.
“ya
udah kita lihat-lihat dulu”,ucap Aji dengan melanjutkan langkahnya ke satu
tempat ke tempat lain.
Setelah melalui beberapa tempat Rita pun
kembali dengan kedua temannya.
”eh
nda udah dapet belum laptopnya”, ujar Rita dengan penuh perhatian dengan
sahabatnya.
“belum
ta ini lagi cari-cari mana yang serck dengan hati”, Rita dengan perasaan
agak kecewa dan mulai pesimis.
“ya
udah yuk jalan lagi ketempat lain”, Aji dengan menyemangati Enda.
Kembali mencari leptop yang diiginkan, tak lama Aji dan yang lain berhenti di suatu tempat yang penjualnya asyik dan pas menjadi criteria penjual menjelaskan produknya mana yang bagus dan mana yang jelek. Setelah lama mendengar penjelasan dari sang penjual leptop. Aji, Enda, Rita dan kedua temannya bergegas menuju lantai satu untuk mengambil uang di atm, yang jumlahnya tidak sedikit. Enda pergi ke atm dengan Rita dan Aji bersama kedua temannya menunggu di depan jogjatronik. Aji secara spontan mengambil tempat duduk di samping seorang teman Rita yang menggunakan jilbab yang berwarna coklat. tak pikir panjang Aji lansung membuka pembicaraan dengan sorang gadis yang telah membuat Aji penasaran di awal bertemu.
“Menurutku leptop samsung yang dipilih enda udah berukualitas.. dan bagus”, ucap Aji dengan senang dan melempar senyum ke arah gadis tersebut.
Kembali mencari leptop yang diiginkan, tak lama Aji dan yang lain berhenti di suatu tempat yang penjualnya asyik dan pas menjadi criteria penjual menjelaskan produknya mana yang bagus dan mana yang jelek. Setelah lama mendengar penjelasan dari sang penjual leptop. Aji, Enda, Rita dan kedua temannya bergegas menuju lantai satu untuk mengambil uang di atm, yang jumlahnya tidak sedikit. Enda pergi ke atm dengan Rita dan Aji bersama kedua temannya menunggu di depan jogjatronik. Aji secara spontan mengambil tempat duduk di samping seorang teman Rita yang menggunakan jilbab yang berwarna coklat. tak pikir panjang Aji lansung membuka pembicaraan dengan sorang gadis yang telah membuat Aji penasaran di awal bertemu.
“Menurutku leptop samsung yang dipilih enda udah berukualitas.. dan bagus”, ucap Aji dengan senang dan melempar senyum ke arah gadis tersebut.
Tetapi hanya
dibalas dengan senyuman yang bertahan beberapa detik saja. Aji melanjutkan
pembicaraan dengan gadis tersebut.
“maaf sebelumnya namanya siapa ya…”,ucap Aji dengan memperhatikan lalu lintas jalanan di area jogjatronik dan sambil
menghela nafas panjang berharap gadis tersebut menjawab pertanyaan aji barusan.
“nama aku Nanda..”,dengan suara lembut
dan seakan membuat Aji terdiam sesaat ketika nanda menjawab pertayaan Aji.
“nama aku Aji.. nanda asalnya dari mana..?”,Tanya Aji degan penasaran dan kali ini Aji tak berani melihat wajahnya karena telah
membuat Aji jatuh di sebuah penjara cinta.
“aku dari daerah purwokerto Ji…..”,ucap Nanda dengan suara yang datar dan bersimpuh malu.
“kemaren
ikut jalur mandiri atau seleksi mandiri Nanda masuk uny”, ujar Aji yang
bertanya lagi kepada nanda. Dengan perasaan lega bisa diterima baik oleh Nanda
yang baru Aji kenal malem ini. Menurut Aji Nanda bisa membuat perasaan Aji
nyaman deket Nanda padahal baru kenal malam ini dan langsung mengklaim bahwa Nanda bisa membuat Aji nyaman dengannya. Aji mulai memalingkan pandangannya ke Nanda karna takut nantinya rasa ini akan semakin bertambah untuk bersama Nanda
yang baru ia kenal. Tetapi jika hati sudah berkata True maka true, Aji tidak
bisa mengelak dari yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
“aku
masuk uny jalur mandiri Ji…”, kata Nanda dengan wajah polosnya.
“eh
ya Nanda nanti kalau liburan boleh main ke rumah ngak ni.. buat ngisi liburan”,
sembari menoleh kea rah Nanda dan menanggukkan kepalanya dua kali untuk
merayu Nanda agar di perbolehkan.”kata Aji”.
“boleh aja kok Ji jika ada waktu silahkan
main kerumah…”,ujar Nanda sambil mengangukkan kepalanya dua kali yang
berarti boleh.
Aji langsung
mengganti topik pembicaraan agar nanda tidak menyadari bahwa Aji suka dengan Nanda.
“eh ya nda kamu suka fhotografer ngak..”,
ucap Aji dengan memperhatikan petugas parkir yang merapikan motor.
“ndak terlalu Ji..” di jawab pendek oleh Nanda.
“menurut aku fhotgrafer itu asyik, dan
memberikan kepuasan tersendiri untuk penikmat fhotografer”,ucap aji dengan
opini yang ngak jelas.
***
Tepat pukul 8.00 kembali ke lantai 2
untuk melakukan pembayaran dan mengambil leptop yang sudah di program khusus
oleh sang penjual. Kami bergegas pulang karna takut kemaleman pulang ke rumah.
Setiba di depan jogjatronik Aji langsung mengambil montornya di parkiran dan
keluar ke pinggir jalan menunggu Rita dan temennya keluar. Setelah beberapa
menit ternyata mereka belum ingin pulang masih sempet narsis-narsis dulu di
jogjatronik. Aji langsung mengirim pesan ke rita.
“Ta, Aji pulang duluan ya…”, laporan pesan
terkirim padahal harapannya bisa pulang bersama dengan Nanda. Tapi apa boleh
buat keadaan menjawabnya lain. Aji bergegas mengendarai montor untuk pulang dan
seketika itu Aji berfikir kembali, kenapa aku merasa rindu pengen ketemu Nanda
lagi selalu berulang-ulang pikiran itu di kepalanya. Aji baru sadar kenapa aku
tidak meminta no handphonenya. Rasa penasaran Aji semakin bertambah denga
seorang Nanda yang baru dia kenal. Di sepanjang perjalan Aji selalu memikirkan Nanda kapan bisa bertemu lagi, bisa ngobrol berdua. Apakah ini yang dinamakan
benih-benih cinta yang berawal dari pandangan pertama, perasaan hatinya semakin
kuat bahwa Aji ingin selalu ada di dekat Nanda yang udah buat aji nyaman.
Dengan menghela nafas panjang Aji berkata “ya
sudah lah jika jodoh nanti pasti akan bertemu kembali”, selama perjalanan
pulang pikiran aji kacau hanya memikirkan Nanda. Seketika lamunan Aji buyar
karna telah melihat Polisi dari belakang memberhentikan laju montor Aji.
”ma’af
mas berhenti dulu, anda telah melanggar lalu lintas jalur searah”, ucap pak Polisi yang telah menghancurkan lamunan Aji dan membaut Aji terdiam sejenak.
“ya
pak.” Kata Aji memberhentikan laju montornya. Mungkin ini kali kedua Aji di
jogja berurusan dengan polisi. Hati Aji yang pasrah dan memandang Polisi dengan
muka yang mengenaskan minta di perhatiin.
“bisa
lihat surat-suratnya, sim dan stnk”, kata pak Polisi dengan muka tanpa
dosa.
“ini
pak sim dan stnk nya..”, Aji sambil mengela nafas panjang atas kesialannya
malam itu, sampai tak sadar melanggar lalu lintas karena terpikir dengan Nanda.
“mas
ntar ambil ke pos ya..”, ucap pak Polisi, saat itu ia langsung ke pos dan
tanpa kata embel-embel lagi.
Malam semakin larut, keramaian jogja
yang tidak akan pernah sepi selama 24 jam. Aji mengikuti polisi dengan perasaan
pasrah dan kesal “mengapa aku ngak sadar kalau aku udah melanggar lalu lintas,
ini semua gara-gara kepikiran Nanda ni”. Ya dengan wajah pasrah dan kesal
dihati harus bertemu lagi dengan polisi dengan kasus yang sama pelanggaran lalu
lintas. Aji tiba di pos ditanyain oleh pak polisi yang berusaha ramah dan tegas
terhadap tersangka.
“pulang kemana mas..”ucap pak polisi
dengan nada yang datar.
“Pulang
ke kaliurang pak kilometer 12..”, ujar Aji dengan nada yang ramah dan muka
yang meminta belas kasihan.
“sama
siapa di jogja ngekos atau sama keluarga”, kata pak polisi sembali menoleh
ke Aji dengan muka yang ingin bersahabat.
“saya
di jogja dengan si mbah pak.”, Aji dengan binguung “ayolah pak bebasin aku rumah aku kan jauh”,celetukan dalam hati Aji.
“gini
mas karna mas udah melanggar lalu linta JALUR SEARAH lagi, jadi mas mau sidang tanggal
4 atau mau tebus sekarang dengan harga Rp.50.000,-“,ujar pak polisi dengan
tegas dan membuat Aji terdiam dan berfikir.
“pak
langsung sekarang aja, kalau sidang Aji ada UTS di kampus”,kata Aji dengan
yakin dan harus menyerahkan uang.”untung
aja ada uangnya kalau ndak berabek ni urusan”,ucap hati Aji.
“mas
sekolh dimana..”,Tanya polisi dengan menoleh ke arah Aji yang sedang
melamun lagi.
“sekolah
di amikom pak..”, ucap Aji singkat dan nada datar sambil memperhatikan pak
polisi mencatat data pribadi Aji.
“ini
mas tanda tangan di bagian penerima ya..”,pak polis sambil menunjukkan
tepat dimana akan ditanda tangani.
“iya
pak makasih sebelumnya”, kata Aji dengan suara yang ramah padahal di dalam
hati “makasih pak udah nilang.., cuman
salah gitu aja melayang duit gue,… Abstarak ni hidup malem ni”, dengan
suasana yang mulai larut malam.
“lain
kali diperhatiin ya mas kalau jalan”, kata pak polisi dengan nada datar dan
melempar senyum ke Aji.
***
Melanjutkan
perjalan pulang kerumah, Aji spontan kembali memikirkan nanda. Sesampai di rumah
dan rasa frustasi malem ini, dapet kenalan cewek tapi ngak dapet no
handphonenya. Setelah itu ketemu deh ama muka polisi yang membuyarkan lamunanku
tentang nanda. Aji mempersiapkan untuk tidur dan tak lupa selalu membuat harapan
untuk besok. “ya robb semoga hari esok
lebih baik dari hari ini, dan semoga hari esok engkau mudahkan aku dalam segala
hal” tak lama aji berusaha memejamkan matanya untuk beristirahat tapi tetap
tidak bisa karna bayangan nanda selalu hadir menghapiri pikirannya dan membaut Aji gelisah. Heningnya malam
dan suara jakrink yang sahut-sahutan membuat seolah-olah mendukung apa yang
dipikirkan Aji saat ini. Benih cinta baru saja mulai.
Sebuah
coretan tinta pena damai dari seorang Muhammad
Furqoni
di tunggu ya kelanjutannya....:)
di tunggu ya kelanjutannya....:)
To
be Continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar