Sadranan
Saksi Bisu
”Kehidupan ini penuh dengan episode-episode
maupun bab-bab yang harus di kaji dan perlu di bahas perbab secara detail dan
perlu penghayatan terhadap episode-episode yang telah dilalui bersama dengan
Nanda dalam waktu yang singkat di sebuah malam di malioboro, Aji tidak akan
pernah lupa dengan episode atau bahkan bab dimana Aji awal bertemu dan mengenal
sosok pribadi seoran gadis yang Aji kenal. Nanda terima kasih telah memberikan
episode yang sangat special untuk kehidupanku”.
Ujar Aji yang
sedang kalut dengan perasaannya sendiri untuk seorang gadis yang Aji belum
jelas tahu dengan kepribadian Nanda. Aji selalu bertanya-tanya apakah Nanda
akan menerima sosok Aji dengan keadaan yang sekarang maupun masa lalu Aji yang
belum sempat menceritakan ke Nanda. Bahwa Aji mempunyai sifat fhobia atau bisa
disebut teroma dengan yang namanya “pacaran”, pacaran sebuah setatus yang mengikat
sebuah janji antara kedua insan manusia saling memberikan kepercayaan satu sama
lain untuk kelangsungan sebuah hubungan. Tetapi menurut Aji itu semua adalah
busyid persetan dengan yang namanya Pacaran.
Aji berkata dengan begitu keras karana because Aji di khianati oleh seorang
gadis yang benar-benar Aji percaya dan sudah membuat mimpi untuk Aji dan gadis
yang telah membuat Aji sekarang mempunyai troma dengan namanya “Pacaran”.
Beriringnya
waktu dan hari Aji mulai yakin bahwa Nanda akan memberikan obat untuk penawar
sebuah racun yang telah mendera tubuh Aji di masa lalu. Nanda telah memberikan
rasa damai untuk beberapa saat ketika awal bertemu dan mulai mengenal sosok
gadis jilbab coklat Nanda. Semua kata-kata yang telah terwujud merupakan
renungan Aji yang sempat di tulis di diari harian blog pribadi, mungkin Aji
berharap seseorang disana akan membaca suara hati yang terdalam untuk ungkapan
kekecewaan.
***
“Asalamualaikum,
Nanda ma’af gangu jam istirahatnya. Aji mau Tanya hari ini ada agenda ndak
nanti siang?”.
“Walaikumsalam,
ngak ganggu Ji. Nanti siang Nanda ngak ada agenda ji. Emang kenapa?”. Pesan dari
Nanda.
“Ngak
Aji mau ajak Nanda ke Pantai Sandranan nanti siang dan sore kita nikmati Bukit
Bintang.
Gimana mau ndak Nda?”. Pesan singkat dari Aji dan berharap Nanda meng iyakan
ajakan Aji.
“Mau
dong Ji, Nanda juga siang ini ngak ada agenda. Nanti langsung kekosant aja Ji
lw mau berangkat. Jam berapa kita pergi?
“Oke,
Aji kekosant jam 13.00 Nda.
***
Pukul 13.00 WIB
Aji sampai di kosant Nanda dengan memakai hem batik kecoklatan, celana jins
yang kehitam-hitaman dan motor kesayangannya mio biru. Aji berpenampilan dengan
rapi bagaikan bertemu dengan seorang yang dianggap penting. Aji mulai
melangkahkan kaki ke depan kosant Nanda.
“Asalamualaikum……..”,
“Walaikum salam”. Suara wanita dari dalam entah siapa yang menjawab. Ketika dibuka ternyata Nanda. Nanda dengan sepontan Aji kaget terdiam tanpa kata melihat Nanda berpenampilan beda dari hari-hari sebelumnya.
“Walaikum salam”. Suara wanita dari dalam entah siapa yang menjawab. Ketika dibuka ternyata Nanda. Nanda dengan sepontan Aji kaget terdiam tanpa kata melihat Nanda berpenampilan beda dari hari-hari sebelumnya.
“Gimana udah siap Nda?”, Tanya Aji agak
binggung.
“Yuk, Nanda udah siap Ji”, ucap Nanda dan meperhatikan penampilannya sekilas bahwa Nanda sudah siap untuk berangkat.
“Oke Berangkat”. Jawab Aji dengan melempar senyum kepada Nanda.
“Yuk, Nanda udah siap Ji”, ucap Nanda dan meperhatikan penampilannya sekilas bahwa Nanda sudah siap untuk berangkat.
“Oke Berangkat”. Jawab Aji dengan melempar senyum kepada Nanda.
Hari
ini Nanda mengenakan baju batik coklat yang bercorakkan cirri khas Jogjakarta,
dengan jins abu-abu dan tidak lupa dengan sepatu kesayangannya Nanda. Aji dan
Nanda mulai menyusuri jalan Ring road Selatan langkah awal menuju Pantai
Sadranan. Selama perjalanan ke Pantai Sadranan Nanda memperhatikan pemandangan
yang masih natural di sepanjang jalan daerah Gunung Kidul dan bersyukur
alangkah indahnya ciptaan Allah hingga memberikan suguhan pemandangan batu yang
tersusun dengan rapi dan kokoh. Angin pantai segera menyambut kedatangan Aji
dan Nanda dengan sayup-sayup menerbangkan semua masalah yang ada pada diri dan membuat
hati tenang. Andai semua orang seperti angin dan laut yang tidak akan
terpisahkan oleh apapun. Ketika sampai di pantai semua menjadi lebih jelas
bahwa pantai adalah sebuah objek wisata yang memberikan sebuah kenikmatan
tersendiri untuk menghilangkan semua kepenatan yang ada.
Jika
memang hari ini layak untuk dijadikan sebuah sejarah seorang laki-laki yang
teroma menjadi seorang laki-laki yang kembali memulai jalan cerita untuk
bersama seseorang yang akan mendampingi. Aji dan Nanda sampai di pantai, Aji
memperhatikan ke sekeliling pantai seraya menghirup nafas yang panjang dengan
ketenangan yang telah disuguhkan oleh pantai. Aji dan Nanda segera duduk di
tepi pantai Sandranan, hari ini Aji akan menceritakan isi hati yang telah gelisah dan berharap Nanda menjadi
seorang yang special nantinya.
***
Angin
pantai dengan perlahan menerpa wajah Aji dan Nanda, air pantai segera
memberikan desakan ombak yang perlahan seolah-olah ombak memberikan isyarat ke
Aji bahwa Aji harus memulai cerita yang telah tersimpan rapat dihatinya setelah
bertemu dengan Nanda.
“Nanda,
gimana pendapatmu tentang pantai sandranan…?”,seraya memperhatikan ombak
yang selalu datang dengan perlahan ke tepi pantai.
“menurutku
pantai sadranan pemandangannya bagus dan anginnya membuat hati tenang”,
balas Nanda, menoleh ke Aji dengan senyum khas Nanda.
“tapi
menurutku yang membuat tenang adalah ketika bersama mu disini”,ucap Aji
sepontan dan mengarahkan pandangan ke Nanda.
“kebiasaan
ni Aji, gombalin saya terus. Tapi aku mah udah kebal dengan kata-kata yang
membuat aku terbang jauh”, ucap Nanda dengan spontan menepuk pundak Aji
dengan perlahan dan tersenyum menyindir.
“Nanda,
coba engkau lihat ombak yang selalu menepi kepantai dengan perlahan”, ucap
Aji seraya memperhatikan ombak pantai.
“iya
kenapa Ji”.
“ombak
yang perlahan menepi ke pantai mengibaratkan, hati ini perlahan ingin menjaga
kamu, Nanda. Untuk mengukir cerita indah tentang kamu dan aku. Mungkin air,
batu, pasir dan ombak yang bergejolak hari ini menjadi saksi bisu untuk
kejadian hari ini”.
Ucap Aji mengutarakan ungkapan hati yang telah lama terpendam. Seketika menjadi
hening setelah Aji mengungkapkan perasaan hati yang terpendam.
“Aji
bercandakan dengan… dengan ungkapan barusan”, dengan wajah binggung dan kaget.
Nanda memandang wajah Aji, menerawang jauh kedepan menembus langit ketujuh.
“Aji
serius Nanda, kali ini kata-kata ku jujur berasal dari ungkapan hati Aji yang
terdalam”,
Aji memandang wajah Nanda dengan penuh harapan dengan bersamaan Aji mengenggam
tangan Nanda dengan erat.
Pantai
Sandranan dengan keramaian disana-sini seketika hening seketika. Entah apa yang
membuat suasana menjadi hening seketika “diam tanpa kata”. Nanda binggung mau
menjawab dari mana dulu, karana dua minggu sebelum hari ini Nanda sudah balikan
dengan mantan pacarnya di Purwokerto. “aku
harus menjawab dari mana…, aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Cukup
aku harus menjawab dengan sejujurnya”. Celetukan hati Nanda yang binggung dan
wajah yang kaget.
“Aji,
entah aku harus memulai dari mana untuk menjawab pertanyaanmu barusan.
Sebelumnya aku minta ma’af, aku tidak akan bisa bersama kamu mengukir cerita
indah baik suka maupun duka, karena….. akui telah kembali bersama seseorang yang
kucintai. Ketika dimasa SMA mungkin ini jawaban yang sulit kamu terima Ji,
jawaban aku berasal dari lubuk hati aku yang paling dalem. Ma’af aku telah
memutuskan sebuah harapan yang tujuannya baik. Ma’af Ji, aku tidak bisa untuk
menjadi sahabat hidup”. Nanda menoleh ke arah Aji memperhatikan dan
menyakinkan bahwa Nanda tidak bisa. Nanda perlahan melepaskan genggaman Aji
dengan perasaan yang tak karuan.
“Nanda…,
apakah tidak bisa dipikirkan lagi, apakah aku tidak pantas untuk bersanding
bersamamu, jika memang jawabanmu telah finally. Aji terima dengan besar hati
walaupun sebagaian hati telah mengalami kesakitan. Ma’af Nda, Aji memaksakan
kehendak”, ucap Aji, kembali mengengam tangan Nanda dengan erat dan menatap
jauh ke mata Nanda degan penuh harapan.
“Ji,
walaupun kita tidak pacaran. Tapi aku berharap kamu menjadi sahabat Nanda. Aku
tidak mau karena pacaran nantinya akan bermusuhan ketika break dengan masalah.
Menurutku kita sahabatan aja. Sahabat
lebih baik dari pada teman hidup Ji. Sahabat sebuah ikatan silahturahmi
yang tidak akan putus. walaupun kamu, aku nantinya berkeluarga. Kita akan tetap
sahabat Ji”.
“Sahabat
lebih baik dari pada teman hidup. Terima kasih Nda udah buat aku sadar bahwa
teman hidup atau pacar adalah hubungan kesenangan sesaat yang kemudian
menyakitkan ketika sebuah sayap patah hingga membekas jauh lebih dalam di hati.
Untuk teman hidup yang baik adalah menikah. Ya menikah. Karana lebih baik
pacaran ketika menikah. Nda hari ini kamu, pasir, batu dan yang ada disini
menjadi saksi hidup dan mati aku akan pacaran ketika menikah”.balas Aji dengan
hati yang lapang dan sifat dewasa Aji seraya memandang jauh ke depan, kelaut
lepas yang luas.
“Ji
hidup masih panjang ke depan”.
“ya
Nda hidup aku masih panjang dan ukiran cerita prestasi belum ku ukir dengan
indah”.
“tetep
semangat ya Ji,ukir semua ceritamu dengan indah. Dan aku akan selalu
mengingatkan akan janjimu, akan pacaran ketika menikah J”.
“bisa
aja kamu nda ya udah yuk pulang nanti keburu sore, aku kan mau ajak kamu lihat
sanset di bukit bintang”.
“ya
udah yuk”.
Derai
pantai yang gemuruh, angin yang bertiup seakan menenangkan hati membuat hari
berlalu secepat ombak yang selalu menghampiri pantai. Hari telah menjelang sore
dan dalam hitungan jam malam akan datang meghampiri. Aji dan Nanda memulai
langkah kaki menuju sebuah tempat yang tidak bisa dilewatkan. Bukit Bintang
namanya, sebuah nama mempunyai filosopi buat Aji adalah sebuah bukit yang
menyatukan kedua insan dan sebuah bintang yang mampu memberikan sebuah efek
senyum yang lebar J.
“Bila
seorang dapat mencintai secara dewasa,
Maka ia tidak
akan peduli pada symbol-simbol
Percintaannya.
Yang ia pedulikan adalah
Kekuatan prinsip
yang ada dalam cinta,
Yakni ketulusan
dan kasih sayang”.
“Cinta tidak
harus memiliki. Tapi,
Sekali kita
memiliki cinta, bahagiakanlah ia.
Sangat tidak
mudah memang. Tapi,
Cinta membuat
itu semua bisa terjadi”.
(sebuah kata
hati Aji yang terceletuk seat ketika suasana di Bukit Bintang)
The And
Sahabatku sekalian yang selalu mengikuti
perkembangan tulisan saya. Saya ucapkan terima kasih semoga semua rangkaian
cerita bisa di ambil yang bernilai positif. Sahabatku jangan lupa dicoment ya
dibawah, sebuah coment sahabat sekalian memberikan nilai lebih buat penulis.
A.Muhammad
Furqoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar